Lawang

Jelang Pelantikan Presiden

Presiden RI Periode 2019-2024
akan dilantik Oktober 2019


Suksesi di Indonesia tahun ini sangat dinamis, menarik untuk dipantau dan cermati.

Di tahun 2018, proses Pilihan Gubernur DKI Jakarta diwarnai dengan perdebatan umum atas kasus reklamasi Teluk Jakarta, marak demo damai Komunitas 212 di lapangan Tugu Monas, pembakaran 'bendera tauhid', 'kematian' kebebasan pers (terutama media mainstream) yang sudah dibungkam penguasa, dan isu masuknya tenaga kerja asing secara ilegal di berbagai wilayah NKRI.

Situasi politik semakin memanas manakala pesta demokrasi akan digelar April 2019 lalu. Menjelang dan seusai Pemilu, terus menggema isu bahwa pelaksanaan KPU, Bawaslu, dan manuver salah satu Paslon Presiden - Wakil Presiden yang oleh sebagian besar masyakarat dianggap terjadi pelanggaran secara Terstruktur, Sistematis, dan Masif (TSM).

Tak hendak mengakui secara telak, ternyata Paslon 02 (Prabowo-Sandiaga) justru melawan, lalu menggugat. Dan Mahkamah Konstitusi (MK) menggelar sidang kasus pilpres itu hingga menetapkan Paslon 01 (Jokowi-Ma'rif) sebagai peraih suara terbanyak (pemenang).


google telusur: presiden

Sejak sidang MK akan berlangsung hingga menjelang pelantikan Paslon 01 sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada akhir minggu bulan Oktober 2019, ada saja peristiwa cukup besar susul-menyusul, seakan-akan mengganggu perjalanan proses Demokrasi di Indonesia.

Demo damai di sekitar gedung MK, demo menolak kenaikan iuran BPJS, demo masyarakat Papua di Surabaya, Malang, demo mahasiswa menolak pengesahan beberapa RUU yang diajukan oleh pihak Pemerintah (Presiden), demo mendukung penguatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan protes atas peristiwa kebakaran hutan luas di kalimantan.

Sementara itu, suara pro-kontra pendukung keberadaan dan fungsi TNI ataupun Polri kian memarakkan penggunaan media sosial. Sehingga masyarakat terutama di perkotaan dengan cepat mengetahui isu perseteruan diam-diam antara lembaga pertahanan militer dan aparat keamanan sipil itu. Namun, ada kesempatan baik, tanggal 5 Oktober sebagai Hari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dapat dikemas sebagai jalan mempercantik komunikasi massa antara TNI dan rakyat sebagai induk para tentara. 

Memang, aplikasi messenger kini sudah menjadi kebutuhan sebagian kaum milenium, yakni generasi bangsa yang lahir dalam dekade belakangan ini. Berbagai platform seperti facebook, whatsapp, twitter, instagram, telegram, youtube berhasil menebar aneka kabar faktual ataupun meme perang proxi. Di samping, cukup membantu penyebaran citra pejabat dan lembaga agar tetap mendapat dukungan masyarakat seluas-luasnya. Gadget pendukung produk virtual tehnologi ini menjadi alternatif atas keberadaan media televisi, koran online, dan kegiatan silaturahmi tatap muka langsung.

Akibat dampak percepatan penggunaan medsos, rezim yang sedang berkuasa menengara bahwa sarana komunikasi seperti smartphone sangat efektif sebagai alat penyebar isu, fitnah, kebencian kepada Pemerintah dan menghujat beberapa tokoh di lingkaran istana kepresidenan. Termasuk dapat digunakan oleh sang sumber kekuatan massa untuk mobilisasi people power hingga bisa jadi sangat mengganggu pelantikan presiden baru.

Bagaimana pendapat Anda (agar tidak diancam makar) ? 






* | kanghand, 05 Oktober 2019